Science is ?
AbdurrokhimAda Apa Dengan IPA?
Apakah IPA itu? Pertanyaan seperti itu jarang sekali diajukan seseorang dalam percakapan sehari-hari. Karena kita tahu dari anak kecil sampai dewasa kalau diberi pertanyaan tentang IPA maka akan dengan mudah menjawabnya. Hampir semua penduduk di bumi ini tahu kalau IPA itu singkatan Ilmu Pengetahuan Alam, akan tetapi belum tentu mereka juga memahami IPA secara keseluruhan (kaffah).Bagi seorang guru IPA atau peminat IPA seharusnya ada satu pertanyaan yang perlu dijawab, pertanyaanya adalah: “Pernahkan kita mencoba sekali saja untuk memahami IPA secara lebih mendalam?” Mengapa itu penting, karena menurut penulis dengan memahami IPA secara baik seorang guru IPA akan dapat menyampaikan pesan-pesan yang terkandung dalam IPA tersebut secara lebih baik pula. Nah, dalam tulisan berikut penulis memberanikan diri untuk menguraikan hakikat IPA yang dirangkum dari berbagai sumber, semoga bermanfaat.
Pengertian IPA
IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) sering juga disebut sains yang berasal dari bahasa Inggris Science. Istilah itu saat ini sering digunakan untuk sebutan umum beberapa ilmu yaitu: fisika, kimia, biologi, dan astronomi. Dalam lomba-lomba yang berhubungan dengan ilmu-ilmu tersebut biasanya menggunakan istilah olimpiade sains. Pengertian IPA sendiri dapat kita tinjau dari dua cara yaitu secara harfiah dan secara definitif.
Secara harfiah Ilmu Pengetahuan (science) berasal dari kata bahasa latin “scientia” yang berarti pengetahuan. Ada juga pendapat science berasal dari kata bahasa Jerman “wissenschaft” yang berarti pengetahuan yang terorganisasi secara sistematis. Ilmu Pengetahuan Alam atau kalau dalam bahasa Inggris disebut Natural Science dapat diartikan sebagai kumpulan pengetahuan (tentang gejala alam) yang tersusun secara sistematis dan diperoleh dari/dengan metode yang didasarkan pada observasi. (Fisher, 1975).
Secara definitif IPA dapat diartikan sebagai antar hubungan dari sederetan konsep (product) yang diperoleh dari eksperimentasi dan observasi, serta berguna untuk observasi dan eksperimentasi berikutnya (Conant dalam Sund, 1980). Sedang Nash dan Wigner (dalam Sund, 1980) mendefinisikan IPA sebagai kumpulan pengetahuan tentang gejala alam (product) dan sekaligus sebagai cara/alat untuk memandang alam (process). Dalam pengertian yang lengkap berarti IPA merupakan gabungan antara produk dan proses yang tak terpisahkan. Belajar IPA tidak hanya berkaitan dengan produk-produknya (konsep, prinsip, teori, hukum) saja, tetapi harus mempelajari juga bagaimana produk-produk tersebut diperoleh/ditemukan.
Proses dalam IPA sangat variatif, dari yang paling sederhana sampai yang paling kompleks dan rumit. Secara umum mempelajari proses dalam IPA pada hakikatnya adalah melaksanakan metode ilmiah yang terdiri dari: merumuskan masalah, menyusun hipotesi, merancang eksperimen, melakukan observasi/pengukuran, mengumpulkan data dan menarik kesimpulan.
Produk IPA
IPA sebagai sebuah produk dapat kita peroleh dalam bentuk konsep, prinsip, hukum, dan teori. Menurut Soeparmo (1984) pengertian produk-produk tersebut adalah sebagai berikut:
Konsep merupakan konstruksi mental yang digunakan untuk menginterprestasikan hasil observasi. Konsep dapat dipandang sebagai abstraksi fakta.
Prinsip diartikan sebagai pernyataan yang berlaku bagi sekelompok gejala tertentu yang mampu menjelaskan suatu kejadian. Misalnya Prinsip Pemuaian: logam memuai bila dipanaskan.
Hukum pada hakikatnya merupakan pernyataan hubungan antara dua variable atau lebih dalam suatu kaitan sebab akibat (kausalitas). Contoh menurut Hukum Pascal jika zat cari dalam ruangan tertutup diberi tekanan pada satu tempat maka tekanan tersebut akan diteruskan ke segala arah sama besar.
Teori merupakan pengetahuan ilmiah yang mencakup penjelasan mengenai suatu sektor tertentu dari suatu disiplin ilmu. Contoh Teori Ledakan Besar (big bang), Teori Relativitas Einstein, dan Teori Mekanika Newton.
Teori dan hukum, keduanya harus memiliki tingkat keumuman yang tinggi (universal) dan keduanya dapt digunakan untuk mengontrol gejala-gejala alam.
Pendekatan IPA
Pendekatan yang lazim digunakan dalam IPA ada dua yaitu pendekatan Induktif dan pendekatan Deduktif. Kedua pendekatan ini sifatnya saling melengkapi satu dengan yang lain. Misal temuan-temuan IPA yang ditarik secara induktif perlu dijelaskan secara deduktif dalam arti dapat dijelaskan/disesuaikan dengan teori-teori sebelumnya. Sebaliknya temuan-temuan IPA yang ditarik secara deduktif sedapat mungkin dapat divalidasi melalui observasi induktif.
Pendekatan deduktif menggunakan cara-cara berfikir deduksi dalam menjelaskan sesuatu gejala alam dengan menarik kesimpulan secara logis dari premis-premis yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan pendekatan deduktif produk-produk IPA dinyatakan secara logis dalam suatu sistem referensi.
Pendekatan induktif menggunakan cara berfikir probabilistik yang ditarik dari sejumlah kasus. Dengan demikian produk-produk induktif tidak memberikan kepastian mutlak melainkan merupakan penjelasan atau kerangka konsep yang masih dibatasi oleh nilai probabilitas.
Ingin tahu lebih banyak tentang sains? Buka aja Forum Sains Indonesia
Sumber
Fisher, R.B. 1975. Science, Man & Society. Philadelphia Sounders Company.
Sund, R.B. and A.A. Carin. 1980. Teachig Science through Discovery. Columbus Charies E. Merrill.
Soeparmo, H.A. 1984. Struktur Keilmuan dan Teori IPA. Surabaya: Lembaga Penerbitan Univ. Airlangga.
Sumber
Fisher, R.B. 1975. Science, Man & Society. Philadelphia Sounders Company.
Sund, R.B. and A.A. Carin. 1980. Teachig Science through Discovery. Columbus Charies E. Merrill.
Soeparmo, H.A. 1984. Struktur Keilmuan dan Teori IPA. Surabaya: Lembaga Penerbitan Univ. Airlangga.
 

 



 
 
 
0 komentar: